Jumat, 26 Oktober 2007


Mengenal Lebih Dekat Umar Kayam

Oleh: Ari Siswanto
Peresensi alumnus PP al-Falah Silo, Jember. Sekarang tinggal di Yogyakarta

Judul Buku : Manusia Ulang-Alik Biografi Umar Kayam
Penulis : Ahmad Nashid Luthfi
Penerbit : Eja Publisher, Yogyakarta
Cetakan : I, 2007
Tebal Buku : xxii + 183 Halaman

Biografi adalah suatu hasil dari pengakomodasian dari kehidupan (secara parsial) seorang tokoh, mulai dari kepribadian, karir, karya, hingga seluk beluk keluarganya. Menulis sebuah biografi tak semudah membalikkan telapak tangan, sebab banyak aturan yang harus ditaati, misalkan penulis harus mendapat izin dari keluarga sang tokoh, penulis harus bisa menjadi tokoh itu, dan penulis harus bisa bersikap obyektif dalam menulis sebuah biografi. Dengan kata lain, sang penulis dituntut untuk sepenuhnya menjadi sosok atau tokoh yang sedang ia tulis.
M. Nursam dalam bukunya berjudul ”Pergumulan Seorang Intelektual Biografi Soejatmoko”, mengatakan bahwa biografi sesungguhnya didapati unsur sejarah yang paling akrab. Biografi tidak hanya pemahaman tentang seseorang secara lebih personal dan mendalam, melainkan sosok pribadi yang dikaji dan ditempatkan sebagai pelaku yang secara langsung mempersepsi, menjalani, merasakan kekecewaan atau bahagia terhadap kehidupan.
Oleh karenanya, menelanjangi dan mengupas habis kehidupan sorang tokoh dalam bentuk sebuah biografi tentu sangatlah sulit dan rumit. Hal ini dikarenakan, atmosfir, waktu, letak, dan tempat antara sang tokoh sebagai objek teneliti (objek kajian) dan kita sebagai subjek tineliti (bukan objek kajian) sangatlah jauh berbeda.
Namun, kesulitan itu ternyata tidak berlaku bagi Ahmad Nashid Luthfi yang kini berprofesi sebagai staff akademik di Jurusan Sejarah UGM. Ahmad Nashid Luthfi yang kini juga bergeliat dibidang kajian sastra, kebudayaan, pemikiran ilmu sosial, dan sosial keagrariaan mampu mengakomodasi seputar kehidupan Umar Kayam dengan begitu apik dan cerdas.
Lewat sebuah buku berjudul Manusia Ulang-Alik Biografi Umar Kayam; yang diambil dari sekripsinya, penulis dengan begitu cekatan mengulas warna-warni kehidupan Umar Kayam sekaligus menyajikan data-data konkrit yang utuh guna menunjang kevalidan dan keabsahan suatu karya ilmiah. Kendati buku ini tidak terlalu tebal seperti layaknya karya biografi pada umumnya, justru para pembaca budiman akan menemukan keunikan tersendiri dari apa yang disajikan oleh penulis.
Dalam buku ini, Umar Kayam yang berprofesi sebagai akdemisi, seniman, serta birokrat dikenal sebagi sosok cerdik pandai yang merakyat. Ia lahir di Mangkunegaran tanggal 30 April 1932, ia menghabiskan masa remajanya di Yogyakarta. Ia begitu dikenal oleh publik lantaran elastisitasnya untuk bergaul dengan siapa pun. Ia tidak besar hati jika sedang bersama para pejabat negara. Ia juga tak pernah merasa malu ketika harus bergaul dengan orang biasa, sehingga sifat elstisitas terhadap siapa pun itu membawa dirinya selalu diterima di muka publik. Sebagaimana Bakdi Soemanto seorang guru besar FIB UGM dan Sadhar, pada kata pengantar dalam buku ini menyatakan, umar kayam adalah sosok yang demokratis serta inklusif terhadap siapa pun dan dalam persoalan apa pun.
Selain itu, Umar Kayam juga dikenal sebagai seorang sastrawan dan budayawan. Karyanya meliputi cerpen, novel, esai-esai kesenian dan kebuyaan. Terkhusus ia menaruh perhatian pada kebudayaan Jawa. Karya-karya fiksinya dianggap mempunyai makna baru dalam dunia kesusastraan. Ia dikelompokkan sebagai sastrawan angkatan 50 (1950-1970). Angkatan dengan corak atau kekhasan berupa penceritaan yang kokoh, tanpa banyak disertai pandangan-pandangan pribadi. Sosok Umar Kayam dalam berbagai bidangnya inilah yang menjustifikasi demikian signifikan sehingga ia perlu dikaji lebih mendalam. (hlm. 7)
Uniknya (inilah yang harus ditiru), sekalipun berada pada puncak popularitas, Umar Kayam sedikit pun tidak menggunakan kesempatan itu untuk menjustifikasi segala tindakannya. Justru dengan popularitas yang digandrunginya ia melakukan perubahan-perubahan besar, sekalipun tidak signifikan. Digambarkan oleh penulis, bahwa geliat perubahan itu sekaligus merupakan sikap antitesis serta kritik Umar Kayam atas pandangan para sejarawan yang begitu sempit dalam memandang masyarakat Jawa.
Kritikan itu khususnya ditujukan pada Clifford Geertz yang membagi masyarakat Jawa secara trikotomi yakni: santri, priyayi, dan abangan. Sehingga akibat dari pembagian itu dinilai oleh Umar Kayam sebagai sebuah upaya pemetakan masyarakat Jawa yang disengaja. Alhasil, tidak sedikit masyarakat Jawa saat ini terdikotomi sehingga menjadi pribadi-pribadi yang hirarkis dan eksklusif. Inilah yang harus kita pikirkan bersama.
Sampai di sini, inilah mungkin yang membedakan biografi ini berbeda dengan biografi pada umumnya. Keberanian penulis untuk menguak segala pemikiran Umar Kayam lewat karya-karyanya yang kritis baik yang berupa cerpen, novel, sekaligus esainya seoalah menjadi bumbu tersendiri dalam buku ini
Telah banyak hal yang diberikan Umar Kayam atas negeri ini. Namun hal terpenting dari sekian hal yang Umar Kayam berikan ialah upayanya menumbuhkan semangat demokrasi yang tinggi dan berupaya pula untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Oleh karenanya, sosok Umar Kayam memang tak akan pernah lekang di telan zaman. Ia akan selalu hadir dalam hati dan pikiran kita. Tinta sejarah yang ditorehkannya telah banyak memberikan pencerahan bagi generasi selanjutnya. Semangatnya telah menjadi cambuk perubahan bagi siapa saja yang mengenalnya.
Akhirnya, begitulah warna-warni kehidupan Umar Kayam. Seorang sosok yang tak tinggal diam atas fenomena yang terjadi sekarang. Ini hanya bagian kecil dari semua usaha umar Kayam untuk terus menumbuhkan semangat perubahan. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca budimana.

Sumber, Seputar Indonesia, Minggu 09 September 2007

2 komentar:

lain mengatakan...

Terima Kasih telah membaca dan meresensi buku saya.

Salam
A. N. Luthfi

arisiswanto mengatakan...

saya sungguh senang bisa membaca dan meresensi buku anda. sebagai orang yang masih baru belajar meresensi buku saya sungguh tergugah, karena anda senantiasa memberikan waktunya untuk sekedar mengapresiasi tulisan "anak kecil" ini. oleh karena itu, tiada kata yang pantas kuucapkan kecuali beribu terima kasih.

Ttd
Ari Siswanto
arwana_87@yahoo.co.id